JILBABKU
ADALAH CARAKU MENCINTAIMU
Ulin Nurviana
Mungkin ini konyol,
alasan pertamaku berhijab. Jika kuingat kembali alasan ini, rasanya kepalaku
akan meledak, wajahku tercoreng tinta merah gelap, dan jantungku mungkin akan melompat. Seseorang
di luar sana, telah menggeser satu dari pintu hatiku. Ia berhasil masuk dan melumpuhkan
setengah dari pertahananku untuk tidak jatuh cinta.
Andai aku bertemu
jodohku saat ini, maka aku akan benar-benar minta maaf karena pernah jatuh
cinta, dan menjadikan orang lain sebagai alasanku berjilbab.
“Kena angin apa, Vi?
Kok pakai jilbab?”
Pertanyaan semacam itu
sering aku dengar. Membuat telingaku cukup gatal. Jujur, aku sendiri bingung
dengan gaya hidupku saat ini. Benarkah ini aku? Bagaimana bisa hanya dengan
melihat sosoknya, seolah-olah aku melihat danau yang siap membersihkan tubuhku
dari noda.
Aku seperti melihat
surga di matanya. Melihatnya, membuatku ingin menjadi wanita sholehah. Sosok
penuh beribadi yang luar biasa. Diam-diam aku mengamatinya dan mempelajari
tingkah lakunya. Aku perhatikan dari jauh cara dia berjalan, berbicara dengan
orang, sampai sujud dia waktu sholat di masjid kampus. Terkadang aku berandai
bahwa dia kelak jodohku.
Semua tumbuh indah
seperti sakura di musim semi. Aku hanya menyimpan rasa ini, karena aku tahu